Minggu, 17 Oktober 2010

Kunci Utama Mengembangkan Bakat Anak

Bakat dalam diri anak merupakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya.

Orangtua mana yang tidak ingin anaknya mengukir prestasi. Bakat saja tidak cukup membawa anak menorehkan prestasinya. Ditambah stimulasi dan dorongan, bakat akan menjadikan anak berprestasi. Berbakat memang salah satu kata dalam kamus pengasuhan orangtua yang sering menjadi perbincangan hangat.

Namun, kata itu juga yang paling banyak disalahgunakan. Faktanya, sebagian besar anak-anak sebenarnya tidak berbakat. Saat ini hanya sekitar 2 persen sampai 5 persen anak yang memiliki kemampuan istimewa itu, tentunya dengan berbagai estimasi. Dari angka tersebut, bahkan hanya 1 dari 100 orang yang benar-benar berbakat.

Untuk anak jenius, seperti bisa membaca di usia 2 tahun atau masuk perguruan tinggi pada umur 10 tahun, malah lebih jarang lagi, yaitu 1 sampai 2 orang dalam 1 juta anak. Meskipun telah banyak alat penstimulasi pada bayi agar mereka lebih berbakat, seperti video edukasi, mainan pembelajaran atau kelas pengayaan, tetap saja jumlah anak berbakat tidak merangkak naik.

Intinya, orangtua sulit untuk menciptakan anak berbakat karena bakat merupakan anugerah dari Tuhan yang sudah tertanam sejak lahir. Yang saat ini bisa Anda lakukan adalah mengembangkan bakat tersebut ke jalan yang benar sehingga anak memiliki prestasi yang membanggakan. Namun, tetap yang menjadi prioritas dalam hal ini adalah kebahagiaan anak baik secara fisik maupun emosional.

Orangtua sulit untuk menciptakan anak berbakat karena bakat merupakan anugerah dari Tuhan yang sudah tertanam sejak lahir. Yang saat ini bisa Anda lakukan adalah mengembangkan bakat tersebut ke jalan yang benar sehingga anak memiliki prestasi yang membanggakan.

Anda tidak boleh memaksakan kehendak yang berujung pada pengekangan yang tentu berakibat buruk pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Untuk mewujudkan hal tersebut, Anda perlu memperhatikan saran dan berbagai nasihat dari ahlinya. Pertama, lupakan tentang kata berbakat terlebih dahulu. Anda tentu memiliki angan-angan tentang apa itu bakat karena tidak ada definisi standar selama ini.

Secara umum, anak berbakat memiliki kemampuan khusus di suatu bidang tertentu. Lima ciri utama yang dikemukakan oleh US Department of Education pada 1993, yaitu anak berbakat unggul dalam segi intelektual, akademis, kreatif, artistik, dan kepemimpinan. Jadi, tidak ada yang terkait dengan kinerja seorang bayi dan balita.

“Kata berbakat memang sering disalahpahami,” kata Julia Roberts, direktur Center for Gifted Studies di Western Kentucky University, Amerika Serikat. “Banyak orang belum bisa memahami sebuah anugerah karena mereka mengharapkan keajaiban,”lanjutnya seperti dikutip laman parenting. com. Orangtua yang memiliki anak dengan kategori “sangat mampu” atau “maju” di satu bidang mungkin tidak merasa puas sampai orang lain resmi memberinya label “berbakat”.

Banyak juga orang tua dari anak yang masih berusia di bawah 5 tahun menggunakan tes IQ untuk “membuktikan” kemampuan inteligensia anak mereka. Sebenarnya, tes IQ tidak menjadi patokan terkait sebelum dia masuk sekolah dan bahkan kemudian umumnya dianggap tidak dapat diandalkan. Mengapa? Karena “bakat” biasanya terkonsentrasi pada satu area saja dan tidak mengacu pada inteligensia secara keseluruhan seperti pada tes IQ.

Yang kedua, mulailah mendidik anak dengan hal-hal mendasar. Dalam tiga tahun pertama kehidupan, semua anak harus merasakan besarnya rasa aman dan kasih sayang. Dengan dipeluk, dicintai, dan memenuhi kebutuhan dasar anak, semua kegiatan tersebut sangatlah penting untuk pembelajaran mereka di masa depan.

Dalam tiga tahun pertama kehidupan, semua anak harus merasakan besarnya rasa aman dan kasih sayang. Dengan dipeluk, dicintai, dan memenuhi kebutuhan dasar anak, semua kegiatan tersebut sangatlah penting untuk pembelajaran mereka di masa depan.
Otak yang masih berkembang membutuhkan stimulasi untuk tumbuh dan berubah. Satu hal tentang rasa mencintai adalah mengajarkannya hal-hal baru.
Setiap kali bayi Anda mengenal mainan baru, kata-kata, suara, tekstur, rasa, bau, wajah, dan sebuah tempat, dia akan belajar. Anda tidak harus bekerja lembur dan menyediakan waktu lebih untuk membuat hal ini terjadi, segala sesuatu dalam hidup sehari-hari adalah baru bagi bayi.

Yang ketiga, selalu berikan waktu dia untuk bermain. Anak balita sebenarnya tidak perlu program khusus untuk membuatnya seolah “berbakat”, seperti video edukasi atau permainan games di komputer. Tidak ada bukti konkret bahwa alat yang biasa disebut “edutainment” ini dapat meningkatkan kemampuan intelektual anak-anak. Kebanyakan pakar dan pendidik bahkan percaya bahwa anakanak tidak mendapatkan manfaat lebih saat masuk preschool atau bentuk pendidikan anak usia dini yang berorientasi akademis lainnya.

Yang jauh lebih penting adalah anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi semua hal baru tanpa kendala, dan orangtua serta guru juga harus tahu bagaimana mengedukasi anak bahwa belajar itu menyenangkan.

“Ketika (belajar) itu menyenangkan dan lucu, saat itulah (ilmu dan pelajaran) masuk ke kepala (anak),” kata Robin Schader PhD, seorang penasihat pengasuhan orang tua di National Association for Gifted Children (NAGC). Penelitian ilmu syaraf mengungkapkan bahwa rasa senang itulah yang membuat otak kita ingin terus mengulang dan mengingat suatu kejadian dan itu pengulangan yang wajar sebagai pemicu untuk terus belajar.

Hal ini membantu menjelaskan mengapa bermain adalah segalanya bagi anak-anak kecil.Begitulah cara mereka belajar, bereksperimen, bermain-main, menunjukkan kreativitas, bekerja melalui perasaan, latihan bersosialisasi, mengembangkan kemampuan bahasa dan matematika, serta melihat dunia dalam cara-cara baru.(rps/SI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar