Saudaraku, di antara syarat masuk surga ialah wajibnya seseorang memiliki iman. Tanpa iman seseorang tidak bakal berhak masuk surga. Tidak ada orang kafir yang diizinkan Allah masuk surga. Oleh karena itu Allah menggambarkan di dalam Al-Qur’an penyesalan orang kafir di akhirat nanti. Mereka menyesal karena sewaktu di dunia tidak termasuk ke dalam golongan kaum Muslimin alias tidak termasuk orang yang beriman.
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
”Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (QS Al-Hijr ayat 2)
Di dalam sebuah hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menyebutkan secara jelas bahwa seseorang tidak bakal masuk surga jika tidak beriman. Uniknya hadits ini dilanjutkan dengan penjelasan berikutnya mengenai syarat seseorang dikatakan beriman itu apa. Ternyata di antara syarat orang dikatakan beriman ialah jika ia mengembangkan jiwa kasih-sayang terhadap sesama orang beriman lainnya. Dan berikutnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa untuk mengembangkan kasih-sayang di antara sesama mukmin ialah membiasakan diri untuk mengucapkan salam di antara mukmin satu sama lain.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ
عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Bersabda Rasulullah shollollahu ’alaihi wa sallam: “Kalian tidak bakal masuk surga sebelum kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mengasihi satu sama lain. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara yang bila kalian kerjakan bakal menyebabkan kasih sayang di antara kalian? Sebarkan ucapan salam di antara kalian.” (HR Muslim)
Jadi, kebiasaan mengucapkan salam (yaitu lengkapnya berupa ucapan Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wabarakaatuh) merupakan suatu anjuran langsung dari Nabi Muhammad. Ia bukanlah sekedar basa-basi atau produk budaya bangsa Arab. Bahkan dengan demikian ia bisa dikatakan termasuk salah satu bentuk kegiatan beribadah seorang mukmin kepada Allah. Oleh karenanya dalam kesempatan lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan agar dalam melakukannya janganlah seorang Muslim bersikap diskriminatif alias pilih-kasih. Ucapan salam merupakan hak sesama orang beriman siapapun dia, baik yang dikenal maupun tidak, baik itu tetangga dekat maupun jauh, baik itu sesuku-bangsa maupun tidak, baik itu tua ataupun muda, baik itu saudara dekat maupun jauh atau baik itu satu organisasi maupun tidak.
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ
قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., "Islam manakah yang lebih baik?" Beliau bersabda, "Kamu memberikan makanan dan mengucapkan salam atas orang yang kamu kenal dan tidak kamu kenal." (HR Bukhary)
Dengan penegasan di atas berarti ucapan salam sesama mukmin bersifat universal. Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun asalkan itu sesama mukmin, maka kita sepatutnya menebar ucapan salam.
Maka, saudaraku, marilah kita patuhi anjuran Nabi yang satu ini secara murni dan konsekuen. Marilah kita biasakan diri dan keluarga untuk senantiasa menebar salam kepada sesama saudara mukmin tanpa pilih-kasih. Sebab hal itu menjadi indikasi kedalaman jiwa kasih-sayang yang kita miliki terhadap sesama orang beriman. Dan kedalaman jiwa kasih-sayang tersebut mengindikasikan kedalaman iman kita. Dan kedalaman iman kita pada gilirannya akan menjadi penyebab kita berhak masuk surga Allah ta’aala. Siapa yang tidak ingin masuk surga? Tentu kita semua sangat berambisi masuk surga.
Namun di zaman penuh fitnah dewasa ini tidak jarang jiwa kasih-sayang kita mengalami erosi. Hubungan antar sesama menjadi sangat formal dan kaku, bahkan seringkali dingin dan tanpa melibatkan perasaan cinta. Kemudian tanpa kita sadari iman-pun menipis. Dan iman yang menipis itu tercermin-lah kualitas dan kebiasaan kita menebar salam. Sehingga ada sebagian kita yang menebar salam dengan syarat. Bila seseorang yang dia jumpai itu satu kelompok, organisasi, jama’ah, pergerakan, partai dengan dirinya, barulah dengan semangat dia sebar salam. Namun jika tidak, maka dengan berat hati dia menebar ucapan salam, bahkan terkadang salam-pun tidak diucapkan sama sekali. Na’udzubillaahi min dzaalika.
Oleh karena itu Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan kita bila keadaan seperti ini muncul berarti kita seperti mempercepat datangnya kiamat. Bilamana sesama orang beriman sudah mulai berlaku diskriminatif dalam menebar salam, berarti itu termasuk di antara tanda-tanda dekatnya hari Kiamat.
إن من أشراط الساعة أن يكون السلام للمعرفة
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat ialah bilamana ucapan salam hanya disampaikan kepada orang yang dikenal.” (HR Abdurrazzaq)
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang saling mencinta hanya karena Engkau. Jadikanlah kami orang-orang yang tidak bakhil dalam menebar ucapan salam kepada sesama saudara seiman kami sebagaimana disunnahkan oleh RasulMu, Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Amin ya Rabb.-
Jumat, 15 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar