Sabtu, 07 Agustus 2010

Mu’adh Bin Jabal, Sosok Seorang Imam Para Ulama Di Hari Kimat


Lahir dua puluh tahun sebelum Hijrah. Biasanya dipanggil AbuAbdurahman. Nama lengkapnya Mu’adh bin Jabal bin Amru bin Aus al-Anshory al-Khazrojy.

Dakwah ajaran Islam yang disampaikan dengan cara santun, berhikmah dan penuh suri tauladan menjadikan beliau tertarik untuk mempelajari Islam. Atas bimbingan Mush’ab bin ‘Umair, beliau berikrar masuk Islam. Dari sinilah beliau mulai belajar banyak tentang Islam yang dibawa utusan Allah, Muhammad.

Beliau adalah orang yang sangat cerdas dan bijaksana. Bicaranya bagus dan runtut. Tidak banyak bicara kecuali ditanya. Seakan-akan apa yang keluar dari mulutnya adalah cahaya dan barang berharga. Seorang yang punya haibah dan wibawa tinggi di kalangan sahabat lainnya.

Pada waktu Rasulullah datang ke Madinah untuk berhijrah, beliau sangat senang dan ingin sekali bertemu langsung dengan Rasulullah. Kesempatan bertemu dengan Rasulullah digunakan untuk menimba ilmu yang banyak. Bahkan beliau sangat rajin dan teliti dalam mempelajari halal dan haram dalam syariah Islam. Hingga di kemudian hari beliau menjadi orang yang sangat pandai dalam al-Qur’an dan sunah Rasulullah.

Beliau termasuk orang yang ikut dalam pembaiaatan Aqobah kedua. Pada masa Rasulullah beliau salah seorang dari enam pengumpul al-Qur’an. Semasa hidupnya ikut berperang di Badr, Khandaq dan hampir semua peperangan.

Untuk penyebaran ajaran Islam, Rasulullah mengutus beliau ke Yaman untuk menjadi qodhi dan guru. Rasulullah juga menulis surat untuk penduduk Yaman. Dalam surat itu beliau berkata; “Saya utus kepada kalian orang yang paling baik dan pintar dari umatku.” Ketika hendak berangkat ke Yaman,

Rasulullah bertanya; “Dengan apa kamu akan menghukumi wahai Mu’adh?”

Beliau menjawab; “Dengan kitab suci al-Qur’an.”

Rasul bertanya lagi; “Kalau tidak ditemukan dalam kitab suci?”

Beliau menjawab; “Dengan sunah Rasulullah.”

Rasulullah bertanya lagi; “Kalau tidak ada dalam sunah Rasulullah?”

Beliau menjawab; “Saya akan berijtihad dengan akalku dan saya tidak akan sembrono/ngawur.” Mendengar jawabnya, Rasulullah bergembira sambil berkata; “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pertolongan kepada utusan Rasul yang diridhoinya.”

Mengenai pribadinya, Rasulullah berkata; “Mu’adh bin Jabal adalah orang yang paling tahu hukum halal dan haram dari umatku.” Di hadits lain disebutkan; “Mu’adh bin Jabal adalah imamnya para ulama pada hari kiamat.”

Rasulullah pernah berpesan kepadanya; “Wahai Mu’adh, demi Allah aku sangat cinta padamu, maka jangan lupa setiap habis sholat kamu membaca do’a ‘Allahumma ‘ainni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah dengan berdzikir, bersyukur dan beribadah karena mu aku meminta perlindungan)

Pujian Umar bin Khottob kepada beliau; “Sekiranya tidak ada Mu’adh bin Jabal niscaya Umar akan binasa.” Kononnya, ketika ada persoalan dan masalah Umar selalu minta tolong kepada Mu’adh untuk memberikan pandangan dan pendapatnya. Maka tidak berlebihan jika Umar memberikan yang sepantasnya. Di sisi lain Ibn Mas’ud juga memberikan pujian kepadanya; “Sungguh, Mu’adh adalah orang yang rajin ibadah dengan ikhlas. Kami menyamakan Mu’adh dengan nabi Ibrahim as.”

Diantara kata-kata hikmah beliau;

“Ketahuilah kebenaran itu dengan kebanaran. Sebab kebenaran itu mempunyai cahaya. Maka berhati-hatilah hakim yang rusak hatinya.”

“Belajarlah apa saja yang kalian mau, maka ilmu kalian tidak akan memberi manfaat apapun kecuali diamalkan dengan baik.”

Pada waktu Mu’adh menjadi wali di Yaman, Umar bin Khottob mengusulkan kepada Abu Bakar agar kekayaan dan hartanya dibagi dua kepada Mu’adh. Tapi ternyata beliau menolak tawaran itu. Umar pun merasa lega dan tidak terbebani. Setelah itu pergi ke Abu Bakar. Abu Bakar pun menolak untuk mengambil harta itu. Umar berkata; “Sekarang harta kekayaanku sudah halal dan baik.”

Selama berjuang dalam menyebarkan ajaran Islam, beliau ikut dalam penakluka-penaklukan Syam bersama Abu ‘Ubaidah bin al-Jarah. Ketika Abu ‘Ubaidah terkena penyakit campak yang mematikan, beliau mengantikan posisinya. Kurang lebih ada 157 hadits yang beliau riwayatkan selama berjuang bersama Rasulullah.

Diantara hadits yang diriwayatkan itu:

“Suatu ketika Rasulullah mengutusku. Rasululluh berkata; “Kamu akan mendatangi suatu kaum dari pengikut ahli kitab. Kamu ajak mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Sekiranya mereka mentaati dan setuju dengan itu, maka ajari mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sholat lima kali dalam sehari semalam. Sekiranya mereka mentaati dan setuju dengan itu, maka ajari mereka bahwa Allah telah mewajibkan untuk membayar zakat yang diambil dari orang kaya dan dibagikan kepada orang miskin. Sekiranya mereka mentaati perkara diatas, maka hendaklah kamu berhati-hati dengan harta mereka, dan takutlah dengan do’a orang yang terdholimi. Sebab do’anya itu dikabulkan oleh Allah.”(HR.Bukhori dan Muslim)

Amanah dan pesan yang disampaikan Rasulullah kepada beliau dapat dilaksanakand dengan baik. Hanya saja beliau tidak sempat berjumpa dengan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena beliau belum balik dari Yaman. Maka tidak diragukan lagi mendengar berita wafatnya Rasulullah, beliau bersedih.

Pada tahun 18 Hijriah di dekat kawasan Yordan, beliau mengembuskan nafas terakhir. Pendapat lain mengatakan di Palestina. Beliau dikuburkan di gua. Menjelang ajalnya lepas dari tubuhnya beliau sempat berucap; “Selamat datang kematian. Yang dicinta datang dengan segara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar