Berbagai pertanyaan mengenai bagaimana caranya menghadapi anak yang pemarah, seringkali muncul. Ini adalah diantaranya : “Kami bingung ketika menghadapi anak kami yang pemarah, selalu meledak-ledak, ngambek dan sulit sekali bila tidak dituruti, sebagai orang tua apa yang harus kami pahami agar dapat menghadapi masalah ini dengan kepala dingin?”
Memiliki anak yang pemarah memang tidak dikehendaki oleh hampir semua orang tua. Tetapi sebenarnya emosi marah cukup penting dan boleh-boleh saja diekspresikan, akan tetapi anak-anak juga perlu diajarkan dan diberikan contoh bagaimana mengelola rasa marah dengan baik. Oleh karena itu banyak hal yang perlu diketahui oleh para orang tua, seperti memahami kemarahan anak dan apa yang melatarinya, termasuk juga memahami taraf perkembangan emosi anak.
Apa Marah itu?
Rasa marah adalah keadaan emosi yang muncul karena keinginan yang dihambat atau rasa frustasi. Pada anak-anak, sumbernya bisa berasal dari konflik antara kebutuhan yang tidak terpenuhi, mengalami kekerasan fisik, konflik verbal (dikata-katai oleh teman, perang mulut dengan teman, dll) , mengalami penolakan atau dipaksa melakukan sesuatu yang tidak disukai.
Memahami rasa marah berhubungan dengan memahami emosi yang melatarinya. Kemampuan anak untuk memahami emosi, masih sangat terbatas, hingga orang tua berperan membantu anak untuk memahaminya.
Hal-hal yang harus dipahami antara lain :
Memori
Memori berkembang sejak masa kanak-kanak awal. Usahakan agar anak lebih dapat mengingat hal-hal atau aspek yang dapat menimbulkan kemarahan, sehingga orang tua dapat mewaspadai situasi-situasi atau pola interaksi yang dapat memicu kemarahan anak.
Sosialisasikan pada anak untuk mengembangkan cara-cara yang tidak agresif dalam mengekspresikan rasa marahnya (contoh; bila kakak kesal karena mainan di rusak oleh adik, ajarkan untuk tidak memukul adik tapi cukup berkata dengan tegas pada adik bahwa ia tidak boleh merusak mainan kakak) , dan kemudian bantu untuk selalu mengingat cara-cara tersebut ketika ia marah.
Bahasa
Anak kadang mengalami emosi senang, sedih ataupun marah. Kondisikan anak agar selalu dapat mengkomunikasikan perasaan-perasaannya dengan ayah, ibu atau guru. Sebab hal itu akan membantunya memahami emosi dan apa yang sedang dirasakan. Dan juga akan membantu orang tua untuk mengenali apa yang dirasakan oleh anak.
Kontrol Diri
Kontrol diri berkaitan dengan kemampuan mengontrol dorongan, menunda keinginan dan mengatasi kekecewaan. Pada anak kemampuan ini masih sangat minim, tetapi ini merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan mengatasi/mengatur rasa marah (anger regulation).
Bagaimana memahami dan mengelola kemarahan ?
Ciptakan iklim di rumah yang nyaman
Lingkungan yang nyaman, sehat dan tentram membantu anak mengerti berbagai macam perasaan baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Anak juga lebih dapat memahami aturan, norma dan ajaran orang tua dengan lebih jelas.
Orang tua sebagai contoh
Orang tua bertanggung jawab terhadap pengelolaan rasa marahnya dan mengekspresikannnya dalam bentuk yang tidak agresif. Orang tua yang tidak mampu mengelola kemarahan akan memberikan contoh yang buruk pada anak. Penelitian menunjukkan anak-anak yang diasuh oleh orang tua yang sering marah akan menunjukkan kemampuan yang minim dalam memahami emosinya (Denham, Zoller, & Couchoud, 1994).
Bantu anak mengembangkan kemampuan kontrol diri
Membiasakan situasi untuk tidak selalu menuruti segala keinginan anak dengan segera serta melatih kemampuan anak untuk menunda keinginannya. Berikan alasan yang logis, dan bila orang tua membuat janji akan sesuatu hal yang perlu ditunda, usahakan untuk menepatinya. Kemudian berkomunikasi dan berdialog dengan anak ketika anak merasa kecewa akan membantunya mengatasi rasa sakit dan kecewa yang dialaminya.
Mengembangkan kemampuan mengenali perasaan-perasaan marah
Ketika anak merasa marah coba berkomunikasi dengan mereka. Tanyakan apa yang dirasakannya? Apakah tersinggung, kesal, tidak suka, geram dan lain-lain. Ajarkan anak untuk dapat mengidentifikasikan perasaannya sendiri.
Ketika anak mengkomunikasikan perasaannya, Dengarkan!!!
Dengarkan setiap keluh kesah, curahan hati dan protes anak tanpa membuat tuduhan (judgement), kritik dan evaluasi yang membuat anak merasa lebih buruk. Sedikit meluangkan waktu sibuk anda untuk mendengarkan keluh kesah sang buah hati, akan memberikan dampak positif yang besar dalam kehidupan mereka kelak.
Gunakan waktu mendongeng atau membacakan buku cerita sebagai moment dalam memberikan pemahaman mengenai rasa marah. Dalam suasana yang tenang seperti dongeng dan membaca buku cerita, anak-anak akan lebih mudah untuk diam, mendengarkan dan memahami dengan lebih baik. Ceritakanlah kisah-kisah atau orang -orang yang suka marah dan tidak disukai. Cerita tentang raja kodok yang pemarah akan membuat rakyatnya menderita dan akan merugikan diri sendiri akan membantu anak memahami bahwa marah yang agresif dan berlebihan itu tidak baik.
Minggu, 15 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar